Responsive Ad

Kisah Maman Supratman Pengabdian Guru Honorer 40 Tahun


Kisah pengabdian Maman Supratman yang telah 40 tahun mengajar meski berstatus guru honorer menyentuh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan. Dalam kunjungan khusus menemui Maman, Menteri Anies memberikan semangat dan apresiasi yang tinggi.

"Saya, atas nama pemerintah ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi. Insya Allah guru seperti Pak Maman ini, kami sebutnya guru mulia, yang bisa jadi contoh buat semua," kata Menteri Anies saat mendatangi Maman di SMPN 17 Bekasi, Jawa Barat, Selasa (2/12) pagi.

Maman Supratman merupakan guru honorer berusia 74 tahun dan mengajar kesenian sejak tahun 1974.

Dalam kunjungannya tersebut, Menteri Anies sempat menunggu beberapa waktu sebab Maman masih mengajar di sekolah lain. Menurut Anies, apa yang dilakukan oleh Maman bisa dijadikan teladan dan tidak ternilai harganya. "Dihargai berapa pun tidak ternilai karena kemuliaan itu tidak bisa dirupiahkan," katanya.

Nama Maman pertama kali mencuat setelah kisahnya diposting ke Facebook oleh akun Sukamto MPd saat peringatan hari guru pada 25 November lalu. Sukamto merupakan guru bahasa Indonesia di SMPN 17 Bekasi.

Kepala Sekolah SMPN 17 Bekasi Untung Hartono mengaku termotivasi dengan semangat Maman yang mengabdikan hidupnya untuk memberikan pendidikan. Untung berujar, Maman selalu aktif dalam setiap kegiatan di sekolah. "Ke mana pun dia selalu ikut dan mendampingi. Dia tidak mau ketinggalan," katanya.

Sementara itu, Maman mengisahkan awal dirinya menjadi guru karena tidak sengaja. Berawal dari tahun 1970 saat itu ia berhenti bekerja dan memutuskan menjual angklung buatannya sendiri. "Tahun 1976 ada sekolah yang pesan alat musik angklung. Saya akhirnya ditawari menjadi guru kesenian," katanya.

Ia pertama kali mengajar di SMP 1 Pondok Gede, yang sekarang bernama SMPN 6 Bekasi. Dirinya menceritakan sempat mengajukan berkas pengangkatan pegawai namun terkendala usia. "Saya sudah berumur 40, sedangkan batas usia saat itu 37 tahun," katanya.

Saat ada pemutihan lagi beberapa tahun berikutnya, Maman mengalami keterlambatan lagi sebab batas usia 39 tahun, sementara dirinya saat itu sudah 42 tahun.

Meski berstatus honorer, ujar Maman, baginya yang terpenting ialah menularkan ilmu ke anak didiknya. "Saya tidak pikir, pokoknya kerja. Saya sudah tua begini cuma ingin menurunkan ilmu," katanya. Demikian dilansir dari Merdeka.